Twitter Nuansa


Breaking News

20/11/13

Filsafat dalam Fiksi Remy Sylado

Judul: Perempuan Bernama Arjuna (filsafat dalam fiksi)
Penulis: Remy Sylado
Penerbit: Nuansa Cendekia, 2013
Tebal: 276 Hlm
Harga: Rp 65.000
Pesan langsung hubungi nuansa.market@gmail.com

Apakah anda termasuk orang yang kangen fiksi bermutu?
Jika itu pertanyaannya, barangkali inilah buku yang ditunggu. Dalam Novel ini, Remy Sylado, mengambil tema filsafat. Pokok kajian di dalamnya merangkai sejarah pemikiran para filsuf dari zaman Yunani hingga era masa kini. Aktor utama yang bermain dalam novel ini adalah Arjuna, seorang perempuan 25 tahun ketuturan Cina-Jawa yang sedang  belajar filsafat di Amsterdam, Belanda.
Sedikit menyinggung ketidaklaziman judul novel dan nama perempuan ini, nama Arjuna itu berawal dari “keterpaksaan menuju keliru”. Kisahnya, kakek Arjuna mengharapkan cucunya laki-laki. Pada usia kandungan yang ke 7 bulan, dibuat upacara khusus yang memberikan nama bakal jabang bayi dengan nama Arjuna. Karena sikap keluarganya yang kokoh dalam memegang adat, maka dengan terpaksa, nama Arjuna tidak diganti sekalipun kemudian bayi yang lahir itu perempuan.
Muatan novel ini mengutamakan isi dengan mengulas pemikiran para filsuf dunia. Tak tanggung-tanggung. Remy mampu mengulas lebih dari 150 filsuf dunia. Dan secara keseluruhan terdapat 200 sosok pemikir atau tokoh penting yang termaktub dalam catatan kaki di bagian halaman belakang novel ini.
Dalam membaca literatur fiksi, biasanya kita sering menarget untuk mendapatkan kenikmatan atas deretan kisah di dalamnya. Jika itu yang diharapkan, maka novel ini memberikan sarana meraih kenikmatan atas, 1) pengetahuan sejarah filsafat yang benar-benar akurat dan berwawasan, 2) teladan kemandirian berpikir dan juga kebebasan memilih dan menentukan garis hidup dari perempuan bernama Arjuna, dan, 3) cakrawala bahasa, sejarah,sains, budaya, politik dunia, termasuk politik nasional yang terpotret apik menyatu dengan paham-paham/ajaran isme dunia.
Lain daripada itu, perihal urusan kelamin dalam novel ini cukup banyak mewarnai alur cerita. Tentu itu bukan karena tujuan sensasi syahwati, melainkan alasan kajian ilmiah biologi-evolusioner. Tentang seksualitas itu menjadi topik yang unik ketika Arjuna harus jatuh cinta pada dosennya, Van Damme, seorang Jesuit asal Banneux Belgia yang dikatakan dalam novel itu, “kelihatannya kebanci-bancian tapi ternyata seorang koboi heunceut yang liar di atas ranjang.”
Jadi, jika nanti Anda menemukan istilah-istilah yang vulgar seperti “memberdayakan vagina”, “menggaruk-garuk kontol”, “koboi heunceut”, atau istilah sejenisnya, janganlah menganggap terdapat unsur porno dalam novel ini, sebagaimana pula kita tidak boleh gegabah menyebut novel religius karena di dalamnya banyak istilah agama, seperti “masya Allah”, “mazmur”, “tawakal”, dan lain sebagainya.
Buku ini bisa disebut novel-filsafat, artinya novel yang berisi ulasan filsafat secara mendalam dan karena itu wajar jika ditinjau dari sudut pandang fiksi, muncul slogan “Bukan Bacaan Ringan” dan jika dilihat dari sudut pandang filsafat, akan muncul slogan; “filsafat yang ringan”.
Maksudnya ringan karena dengan model adonan fiksi seperti ini, filsafat yang selama ini terasa mbulet bin ruwet, terurai secara simple, mudah dipahami, dan efektif dipahami.[Faiz Manshur. Redaktur Nuansa Cendekia]
Read more ...

17/11/13

Referensi Guru Mengawal Karakter Siswa




Judul: Karakter Manusia Indonesia (Butir-Butir Pendidikan Karakter untuk Generasi Muda)
Penulis: Prof. Dr. Siti Musdah Mulia M.A  &  Ira D. Aini
Pengantar: Drs. Hajriyanto Y. Thohari (Wakil Ketua MPR-RI)
Penerbit: Nuansa Cendekia
Tahun terbit: Cetakan I November 2013
Tebal: 196 Halaman.
Harga: Rp 49.000
Pesan langsung hubungi nuansa.market@gmail.com

Bahwa keadaan suatu bangsa bisa rusak akibat masalah eksternal itu memang terjadi. Tetapi bangsa dengan kualitas sumberdaya manusia yang tangguh akan tetap eksis karena faktor eksternal -- seperti modernisasi dan globalisasi--merupakan sunnatullah, atau dinamika alamiah yang pasti akan merambah setiap sendi kehidupan bangsa di seluruh dataran bumi ini. Atas dasar kesadaran untuk berlapang dada menyadari kelemahan itulah akan lebih penting manakala kita memilih jalan internalisasi, atau menyelesaikan masalah dari diri kita sendiri.
Prof. Dr Musdah Mulia, Cendekiawan terkemuka Indonesia bersama muridnya, Ira D. Aini, melalui buku ini berinisiatif melakukan terobosan untuk sebuah visi dan rumusan baru dalam upaya meningkatkan mutu karakter atau kepribadian generasi. Visi yang termaktub dalam buku ini adalah mengusahakan sebuah pola pikir/mindset dalam perbaikan sumberdaya manusia. Adapun rumusan yang ditetapkan ialah menggali nilai-nilai luhur dari budaya dan karakter bangsa di jalur kepancasilaan.
Sasaran perbaikan sumberdaya manusia tentu saja mengarah pada generasi muda, terutama untuk pendidikan anak SMP dan SMA. Tetapi pintu masuknya bukan langsung kepada mereka, melainkan melalui para tenaga pengajar. Jadi bisa disebut buku ini merupakan buku referensi guru untuk model pembelajaran karakter.
Penulisnya, dengan segenap pengalaman sebagai pengajar tidak semata merumuskan pandangan pembangunan karakter melalui visi hampa, melainkan juga menyertakan langkah-langkah konkret yang dibangun atas kenyataan yang terjadi di masyarakat, khususnya menyangkut persoalan dunia pendidikan.
Pada bagian awal kita diajak bertamasya sejarah untuk kembali mengenali nasionalisme, kebangsaan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan penafsiran-penafsiran khusus tentang hakikat bangsa/negara Indonesia. Heroik dan membanggakan. Dilanjut bagian kedua, pancasila diingatkan kembali oleh penulis sebagai landasan yang baik, bukan hanya untuk urusan berpolitik, melainkan sebagai pilar pembangunan karakter manusia dengan spirit-spiritnya.
Pada bagian selanjutnya, kita akan menemukan banyak variasi atau perkembangan pemikiran penulis tentang bagaimana seharusnya diunia pendidikan ini bergerak maju di jalur pemberdayaan karakter manusia Indonesia. Tak lupa, Musdah Mulia yang selama ini dikenal sebagai pejuang emansipasi juga menyertakan prinsip-prinsip pembangunan karakter perempuan Indonesia yang hidup dalam era globalisasi.
Sejauh membandingkan dengan buku-buku lain, terasa buku ini lebih segar karena nilai keilmuanannya cukup matang. Kombinasi antara visi besar pembangunan karakter generasi bangsa dengan langkah praktis dalam pendidikan menjadi buku ini lebih hidup. Kalau buku-buku lain yang berbicara pendidikan karakter cenderung praktis (atau lebih tepatnya pragmatis) akibat miskin visi, maka buku ini mampu mengisi kelemahan buku pendoman para guru tersebut.
Sejalan dengan pencanangan kurikulum 2013 yang sarat muatan karakter, maka buku ini barangkali akan menjadi buku yang paling penting sebagai pengayaan referensi guru.
Selewat membaca buku ini, kita mendapatkan gairah untuk lebih berkepribadian dalam hidup berbangsa dan bernegara. []

Read more ...
Designed By VungTauZ.Com