Judul Buku: Tahafut Al-Falasifah (Kerancuan para Filosof) Penulis: Al-Gazali/ Pengantar: Dr Sulaiman Dunya/Penerbit: Marja’ Bandung, Cetakan II Januari 2011/Tebal: 308 halaman/Harga: Rp 65.000
Judul naskah ini sengaja saya buat untuk mengawali apresiasi terhadap Tahafut Al-Falasifah, sebuah karya fenomenal yang memang penting untuk direnungkan kita semua.
Karya Ulama besar asal Bagdad ini selain sudah dikenal luas sebagai buku filsafat, yang sesungguhnya adalah kitab tentang ilmu kalam, perlu hadir ke tengah-tengah masyarakat Indonesia yang selama ini tidak pernah mampu melepaskan dari belenggu dikotomi antara filsafat dan agama.
Karya Ulama besar asal Bagdad ini selain sudah dikenal luas sebagai buku filsafat, yang sesungguhnya adalah kitab tentang ilmu kalam, perlu hadir ke tengah-tengah masyarakat Indonesia yang selama ini tidak pernah mampu melepaskan dari belenggu dikotomi antara filsafat dan agama.
Sebagian masyarakat muslim kita, yang membutuhkan kesadaran berpikir kritis harus diakui “terpaksa” mengambil perspektif filsafat sekuler. Hal ini perlu dimaklumi mengingat antara agama (wahyu) dengan ilmu pengetahuan (baca filsafat) memang sesuatu yang berbeda.
Kebutuhan untuk menjembatani antara filsafat dan agama sesungguhnya sudah berlangsung sejak lama, jauh sebelum Tahafut ini ditulis oleh Al-Gazali. Tetapi sampai beberapa abad sebelum itu, usaha itu tak kunjung datang sampai munculnya kitab ini. Sayangnya, apa yang ditulis Al-Gazali bukanlah sebuah sintesis yang menghasilkan hubungan harmoni, melainkan kontradiksi yang tajam.
Penolakan Al-Gazali atas filsafat sebagai kebenaran berpikir justru menjadi bagian dari sikap yang pada akhirnya membuat masyarakat muslim sendiri dilanda keterbelahan sikap; di satu sisi masih membutuhkan pengetahuan non samawi, di lain pihak butuh tambatan pasti dari wahyu.
Sekalipun Al-Gazali menolak filsafat dan lebih percaya kepada wahyu, tetapi sesungguhnya dengan cara itu ia secara tidak langsung sedang memberikan satu pencerahan dengan cara kontrol sikap atas pemikiran para filsuf yang pada kala itu masih miskin perspektif dibanding para filsuf di era selanjutnya. Karena itu, sekalipun premis Al-Gazali nampak fundamentalis (untuk dilihat dari kacamata sekarang), agaknya perlu dihargai sebagai sebuah karya yang menggugah kesadaran para pemikir muslim maupun nonmuslim agar bersikap kritis terhadap filsafat yang belum tentu memiliki validitas; terutama antara hubungan teori (imajinasi) dengan praktik.
Gugatan Al-Gazali terhadap filsafat ini misalnya, mendorong Sang Filsuf lain, Ibnu Rusyd menulis karya yang tak kalah fenomenalnya, yakni Tahafut at-Tahafut yang mengkritik Al-Gazali secara kreatif.
Karena ini buku pemikiran, dan target pembelajaran kita terhadap pemikiran adalah meluaskan pandangan, menjadi penting kiranya terjemahan ini dibaca oleh para pemikir. Dari buku inilah kita akan tahu gelombang dahsyat pemikiran di masa lampau pernah melanda umat Islam sehingga kita bisa berkaca tentang banyak hal terhadap tradisi pemikiran saat ini yang mengalami kemandegan.
M Yusuf. Peminat Buku. makmunyusuf@yahoo.com
Sumber: http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/10/para-filosof-dan-filsafat-yang-perlu-direnungkan/
===========================================
Layanan pembelian langsung bisa dilakukan melalui distributor Nuansa Cendekia 0818638038/022-76883000. nuansa.market@gmail.com. Komp.Sukup Baru 23 Ujungberung Bandung-40619. http://nuansabuku.blogspot.com
===========================================
Layanan pembelian langsung bisa dilakukan melalui distributor Nuansa Cendekia 0818638038/022-76883000. nuansa.market@gmail.com. Komp.Sukup Baru 23 Ujungberung Bandung-40619. http://nuansabuku.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk berhubungan dengan redaksi silakan hubungi nuansa.cendekia@gmail.com. untuk layanan pembelian buku bisa hubungi nuansa.market@gmail.com