Twitter Nuansa


Breaking News

27/01/12

Pembaruan Menulis dan Mental Hidup

Ada banyak jenis buku, tetapi sulit mencari buku yang memiliki nilai pembaruan. Pada buku panduan penulisan misalnya, beberapa tahun belakangan ini tergolong sangat minim pembaruan.
Sejak muncul istilah “Menulis itu Gampang” (Arswendo Atmowiloto) yang telah berusia belasan tahun silam, nyaris jarang buku menarik bidang penulisan yang bermutu. Kalaupun ada, biasanya hanya spesifik pada tema-tema tertentu, misalnya menulis fiksi, menulis artikel media, atau panduan menyusun buku.

Genius Menulis, karya Faiz Manshur ini memungkinkan untuk disebut sebagai pembaruan dalam bidang tulis-menulis. Kombinasi antara pola kerja (penulisan, riset dan kecendekiawanan) dengan pola hidup para genius (bermental tekun, cerdas dan tahan banting) membuat buku ini terasa menyegarkan.
Remy Sylado, seorang novelis ternama yang mengontrol kualitas naskah sebelum terbit memberikan apresiasi dalam bentuk kata pengantar berjudul “Dua Peri Kekayaan”, membenarkan bahwa ini karya cerdik Faiz Manshur karena menjawab dua hal mendasar, yakni sisi material dan sisi spiritual. “Buku ini memang tidak seperti kebanyakan buku tuntunan atau arahan menulis yang ditulis oleh kelas “guru desa” dari fakultas-fakultas ilmu pendidikan yang sesak oleh teori-teori, mbulet, sehingga menakutkan untuk diejawantah dalam praktik.”
Dengan itu pula Remy mengapresiasi pendapatnya secara lugas,”saya ingin mengatakan, bahwa isyarat cerdik-cendekia yang ditakar atas diri seorang pelaku budaya tulis menulis, halnya memang kudu dihubungkan dengan kemestiannya memberi dua kekayaan khas tadi yang menjaminnya menjadi baik dan bermanfaat. Modalnya dibentuk dari pertama : bakat, kedua: kemauan, ketiga: kesungguhan.” Dan katanya pula, “sejauh hakikatnya toh buku ini merupakan tuntunan dan arahan untuk menjadi penulis yang mustaid.
Sementara itu, Prof Musdah Mulia, seorang cendekiawan muslim dengan segudang karya besarnya dalam bidang ilmu ke-Islaman dari Universitas Islam Negeri Jakarta memberikan pendapat, “karya Faiz Manshur ini sarat dengan ide-ide cemerlang yang dapat menginspirasi seseorang untuk berani melahirkan karya tulis yang bermakna bagi kemanusiaan.” Karena, menurut Musdah, “kegiatan menulis itu merupakan ekspresi dari kematangan dan kedewasaan ruhani seseorang.”
Komentar lain berkaitan dengan isi buku juga datang dari seorang redaktur pelaksana Harian Sinar Harapan Jakarta, Fransisca Ria Susanti yang melihat secara khusus tentang buku dan realitas pasar buku menggaris bawahi bahwa dikotomi antara penulis “produktif” versus penulis “idealis” perlu dicermati melalui buku ini.
Di sana, Fransisca melihat terdapat kritik pada keduanya klaim. Penulis idealis yang kurang perhatian dengan pasar sering bangga dengan karyanya tanpa memperhatikan sejauh mana penyebarluasan gagasannya melalui buku dan menuding penulis “produktif” yang bisa menembus pasar buku sebagai pekerja tukang gaya “pengrajin tangan”. Dari dikotomi ini Fransisca mendorong agar para penulis menyadari dua hal tersebut sebagai kenyataan yang perlu dicermati.
Sedangkan penyair kenamaan Acep Zamzam Noor melihat sisi praktis buku ini karena “Genius Menulis memberikan tawaran yang konkret agar kita memahami posisi sebagai seorang penulis, memahami kepentingan redaksi dan bahkan memberikan peta calon pembaca yang akan memanfaatkan karya seorang penulis.”
Acep yang membaca naskah tersebut jauh-jauh hari sebelum terbit mengatakan, “membaca satu persatu uraian dari buku ini jelas merupakan sesuatu hal yang baru. Problem internal dan eksternal yang lekat dengan kehidupan penulis juga dijabarkan secara apik, mendasar dan detail. Saya kira buku ini bukan kategori kiat praktis menulis, melainkan lebih pada upaya kuat agar kita berani terus menjadi penulis dengan segenap risiko dan keuntungannya. Dan kita akan beruntung membacanya.”
***
Membaca setiap materi dari buku Genius Menulis memang lain dari yang lain. Susunan buku tersebut dibuat secara khusus, yakni menyajikan uraian ringkas-ringkas. Sebagian berupa ulasan pendek, lugas dan mengena, sebagian lain panjang ilmiah. Faiz mengombinasikan tulisan tersebut dengan metode berbasis paradigma kebutuhan. Artinya tidak menuruti kaidah harus dengan format begini dan begitu sesuai standar penulisan. Susunan yang tidak mengacu pada skema teoritis, yang oleh Remy Sylado dianggap gaya “kelas guru desa”, melainkan susunan yang dibuat secara kreatif oleh sang penulisnya sendiri. Kemungkinan besar Faiz Manshur menyusunnya karena pertimbangan isi yang ditulis berdasarkan praktiknya sebagai seorang penulis sehingga setiap hal dari pengalamannya harus dituangkan tanpa perlu bersandar pada skematika penulisan akademik.
Tetapi di situlah terekam jelas bagaimana isi dari kehidupan dan perjalanan seorang penulis (baik pengalaman pribadi sang penulis maupun pengalaman penulis lain) dibahas begitu mendalam. Muatan isi intelektualitasnya yang kuat disertai dengan adonan pemikiran tokoh-tokoh besar dunia dan juga pandangan ilmiah berbasis teori psikologi dan evolusi Darwinian membuat buku ini berbobot. Itulah pembaruan. Bukan bobot dalam artian menyulitkan dibaca, tapi bobot dalam isi yang karenanya kita akan mendapatkan banyak pengetahuan berharga. Faiz mampu mendaratkan ide besar dan berat itu dalam bentuk penulisan popular yang enak dibaca sebagai “cerita kehidupan penulis”.
“Ketidaklaziman dalam penulisan buku ini memang patut disimak dengan catatan Anda siap dengan cara pandang lain. Dari ketidaklaziman itulah Genius Menulis mampu melahirkan cara kreatif untuk menembus kebuntuan proses kreatif menulis. Hal lain yang sangat penting dari buku itu ialah, bahwa menjadi penulis bukan perkara urusan hobi semata, melainkan melebar ke wilayah etos hidup yang harus ditegakkan melalui pola kerja dan mindset hidup para genius.
Mengakhiri tulisan ini, sedikit uraian kreatif Faiz dalam menggambarkan proses kreatif menulis bersandar pada mentalitas tangguh: “tikus bisa mengatasi kebuntuan dengan menerobos celah kecil, monyet mudah mengatasi hambatan dengan memanjat tembok penghalang. Tidak bisa berjalan karena kaki patah ya merangkak dengan tangan, tidak bisa merangkak ya marilah ngesot, masih tidak bisa ya jalan saja pakai kepala. Masih belum bisa? Berguling juga boleh!. Yang penting bergerak.”
Jadi, mari bergeraklah menulis, bukan sekedar mengetik melainkan bergerak hidup sebagai penulis melalui cara yang baru, yakni cara yang telah dilakukan oleh para genius[]
Agus Wahid.Penulis Buku-Buku Industri dan Teknologi.
Data buku:Judul: Genius Menulis: Penerang Batin Para Penulis.Pengarang:Faiz Manshur/Pengantar: Remy Sylado/Editor: Miftahudin MA/Penerbit: Nuansa Cendekia, Bandung (Anggota IKAPI)/Desain Sampul: Laksmitha Ratu Indira/Tahun: Cetakan I Januari 2012/Tebal: 288 Hlm. ISBN: 978-602-839454-3/Harga: Rp 56.000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk berhubungan dengan redaksi silakan hubungi nuansa.cendekia@gmail.com. untuk layanan pembelian buku bisa hubungi nuansa.market@gmail.com

Designed By VungTauZ.Com