Judul Buku:
Pengarang Tidak Mati: Kiprah dan Peranan Pengarang Indonesia. Penulis: Maman S
Mahayana. Editor: Mathori A Elwa. Penerbit: Nuansa Cendekia Bandung, Juli 2012.
Harga: Rp 58.000,-
Tradisi kepengarangan Indonesia mempunyai karakteristik tersendiri. Di sana bersemayam problem lokalitas dan keberagaman kultur etnik. Maka, kesusastraan Indonesia dapat digunakan sebagai pintu masuk memahami keberbagaian kebudayaan Indonesia.
Dari
sini Maman Mahayana menjabarkan rumus bahwa, selama teks itu dibaca masyarakat,
selama itu pula ruh pengarang hadir dan sesungguhnya, dihidupkan kembali oleh
pembaca. Puisi-puisi Amir Hamzah, Chairil Anwar atau karya penyair mana pun,
selalu akan mendorong munculnya tafsir baru, dan dengan begitu menghadirkan
makna baru. Jadi, penafsiran dan pemaknaan itu bagai spiral yang terus berpilin
memproduksi dan mereproduksi peristiwa baru, kisah baru, dunia baru. Jika
begitu, bagaimana mungkin kita menafikan pengarang?
Buku
ini dikemassajikan dengan semangat memberi apresiasi yang sepatutnya kepada pengarang
atas olah kreativitas. Maka, bagian gerbang depan buku ini coba menawarkan
pandangan tentang posisi pengarang dalam hubungannya dengan teks yang
dihasilkannya dan pembaca yang memproduksi dan mereproduksi makna teks. Bagian
ini sengaja pula melampirkan esai Michel Faucoult, “What is an Author?” dan
Roland Barthes, “The Death of the Author” sekadar untuk mencermati secara
langsung, apa dan bagaimana sesungguhnya pandangan kedua ilmuwan itu tentang
pengarang-penulis.
Paradigma
baru sistem pengarang sastra Indonesia. Menghadirkan kembali ruh pengarang,
melangkahi pandangan Roland Barthes: The Death of the Author.
BUKU
PENTING ILMU SASTRA: Untuk pegangan, bahan diskusi, dan referensi para guru,
mahasiswa, dosen, peneliti, pengarang, dan masyarakat peminat sastra.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk berhubungan dengan redaksi silakan hubungi nuansa.cendekia@gmail.com. untuk layanan pembelian buku bisa hubungi nuansa.market@gmail.com