ACEP ZAMZAM NOOR lewat penerbit Nuansa Cendekia menerbitkan kumpulan esai PUISI DAN BULU KUDUK. Banyak tulisan tentang sastra, bahasa dan kebudayaan di sana. Acep keras mengkiritik politisi dan pemerintah, terbuka bicara soal kelemahan mental para seniman, dan blak-blakan bicara ketimpangan sosial dan ekonomi. Apa maunya Acep? Mari kita tanya langsung kepada Bulu Kuduk yang bergoyang bersama Acep Zamzam Noor pada:
Hari: Sabtu, 1 Oktober 2011
Waktu 09:30-12:00
Acara: Diskusi Apresiasi buku PUISI dan BULU KUDUK
Narasumber: Acep Zamzam Noor.
Tempat: Kantor Nuansa Cendekia. Sukup Baru NO 23 Ujungberung Bandung. (300 meter sebelah timur garasi Bus Gunung Sembung. Samping kantor pegadaian Ujungberung).
Istilah bulu kuduk yang melambangkan sensitivitas tubuh itu kini terus diminati banyak pecinta sastra. Dulu sebelum menjadi sebuah buku, esai-esai acep memang telah banyak diapresiasi beragam kalangan. tetapi setelah menjadi buku ternyata esai-esai tersebut semakin memikat dan lebih aduhai dinikmati.
Mengingat banyak permintaan untuk bertemu dengan Acep dan juga perlunya mempertanyakan perihal tulisan-tulisannya, maka redaksi Nuansa Cendekia memberikan kesempatan Anda sekalian bertemu sang Penyair ndeso dari Tasikmalaya itu. Sekalipun ndeso, ia tetap penyair. Sekalipun penyair ia mahir menulis karya ilmiah. Sekalipun mahir menulis karya ilmiah, ia tetap lucu. Sekalipun lucu ia tetap beragama. Sekalipun beragama ia masih mau berteman dengan siapa saja.
Mengingat banyaknya tema dalam buku PUISI DAN BULU KUDUK, pada diskusi kali ini akan kita batasi pada pokok-pokok bahasan utama yang meliputi:
1. Fungsi dan peranan seniman dalam ruang public kebudayaan
2. Manfaat sastra bagi masyarakat
3. Apa yang seharusnya dilakukan seniman dalam hubungan politik
4. Bagaimana seharusnya proses kreatif bersastra dalam era sekarang ini?
5. Selebihnya bebas……..
puisi kang acep zamzam noor ok kerenn..bikin nyeredet kana jantunggg euyy.....
BalasHapus