Twitter Nuansa


Breaking News

26/07/12

Sang Maestro Remy Sylado


Sang Penulis 123 Ayat tentang Seni
Yapi Tambayong. Itu nama asli pemberian Ayahnya. Tapi dalam berkarya ia sering menyantumkan nama-nama yang kini lebih beken dari nama aslinya seperti  Remy Sylado dan Alif Danya Munsyi. Selain itu juga punya nama lain seperti Juliana C. Panda, Dova Zila, Jubal Anak Perang Imanuel dan beberapa nama lain. Lahir di Makasar 12 Juli 1945.
Ia dikenal luas sebagai seniman tulen yang hidupnya penuh pengalaman berkesenian dalam berbagai kegiatan; drama, film,musik, puisi dan susastra.
Ia meniti karirnya di mulai dari usia remaja saat sekolah di Semarang, kuliah di Solo, dan aktif berkegiatan seni dan jurnalisme di Bandung dan Jakarta. Sebagai musisi ia jago mengarang lagu dan punya punya kemahiran menirukan suara penyanyi terkemuka dunia seperti Elvis Presley, Nat King Cole, Louis Armstrong, Bing Crosby, Mario Lanza, Bob Dylan. Tak hanya itu, ia pun mahir membuat gurauan gaya bicara dari bahasa-bahasa etnik. Selain menyukai musik modern, ia juga sangat peduli pada musik-musik etnik.
Pada bidang literasi, ia banyak melahirkan karya besar seperti, Gali Lobang Gila Lobang (1977),  Siau Ling (2003), Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa (1999) telah difilmkan tahun 2002.  Kerudung Merah Kirmizi, (2002), Kembang Jepun,(2003), Parijs van Java, (2003),  Menunggu Matahari Melbourne (2004), Sam Po Kong (2004),  Puisi Mbeling (2005), 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing (2004), Novel Pangeran Diponegoro (2007), 9 OKTOBER 1740 (Drama Pembantaian Etnik Cina di Batavia: 2005), Bahasa Menunjukkan Bangsa (2005), Mimi lan Mintuna, (2007),  Naskah Drama; Jalan Tamblong (2010), Jadi Penulis Siapa Takut (2012), dan sekarang buku 123 Ayat tentang Seni yang dikenal sebagai buku ilmiah brilian ini.
Seniman yang tak suka merokok, berpola hidup tertib dan disiplin dalam belajar ini juga menguasai berbagai bahasa etnik dan bahasa asing secara baik seperti Mandarin, Yunani, Ibrani, Arab, Inggris, Belanda, Prancis dan beberapa bahasa lain.
Banyak penghargaan yang telah diraihnya, di antaranya Kathulistiwa Literary Award (2002)  dan Mendiknas—Pusat Bahasa Indonesia: 2007- untuk karya sastra “Kerudung Merah Kirmizi, Anugrah Indonesia Award Yayasan Penghargaan Indonesia untuk bidang pelestarian musik etnik (2003), penghargaan pemecah rekor karya puisi paling tebal dari Museum Rekor Indonesia (MURI: 2004),Piagam Apresiasi PAPRI Wakil Presiden (2007) untuk kritik-musiknya, Braga Award dari Gubernur Jawa Barat (2009) untuk bidang teater, penghargaan Tirto Adhi Soerjo Award (2008) dan Press Number One (Kartu Pers Nomor Satu) dari “Masyarakat Pers Indonesia” (2010) dan beberapa penghargaan lain.
Di usianya yang kini masuk ke 67, ia masih aktif menulis,membaca, bermain teater, menonton film dan aktivitas lainnya. Ikatan batinnya yang kuat dengan kota Bandung membuatnya rutin pulang ke rumah sederhananya di Jl Srigadis Bandung. Beberapa karya lama dan karya barunya akan terbit selanjutnya.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk berhubungan dengan redaksi silakan hubungi nuansa.cendekia@gmail.com. untuk layanan pembelian buku bisa hubungi nuansa.market@gmail.com

Designed By VungTauZ.Com